Selasa, 07 Juni 2011

Pembalut Wanita Potensial Merusak Lingkungan

Pembalut wanita dan popok bayi memang dibutuhkan. Tapi, tahukah Anda kalau keduanya ternyata tidak baik bagi kesehatan dan lingkungan? Kandungan zat-zat kimia yang ada di dalamnya punya potensi bahaya.

Popok dan pembalut umumnya memakai zat kimia sodium polyacrylate, untuk mengubah cairan menjadi gel. Padahal zat kimia tersebut bisa menimbulkan iritasi kulit. Bagi bayi dan anak kecil, iritasi kulit menjadi penyakit yang kerap muncul bila mereka menggunakannya. Selain itu, zat kimia dioxin dalam bentuk gas klorin.

Melly dari komunitas Greenlifestyle mengutarakan selain bahaya dari zat kimia yang ada, kedua produk tersebut tidak ramah lingkungan. Keduanya adalah sampah yang tidak bisa terurai layaknya styrofoam.

Namun Melly mengatakan kalau saat ini, popok bayi sudah ada yang bisa dipakai ulang. Bisa digunakan kembali setelah dicuci. Sayangnya, akibat kurang terpublikasi maka keberadaannya belum banyak di pasaran. “Sedangkan untuk pembalut wanita, memang belum ada,” ungkapnya saat berdiskusi dengan 89.2 FM Green Radio, Jumat (1/5).

Isu lingkungan lainnya adalah soal tumpukan sampah dari keduanya. Bisa dibayangkan bila satu balita memakai 60 popok dalam sebulan, dan satu wanita dewasa memakai 100an pembalut dalam sebulan. “Betapa tingginya sampah dari keduanya untuk satu kota saja. Ini sangat tidak sehat,” ujarnya.

Karena belum ada satupun solusi yang benar-benar bisa diterapkan. Akhirnya warga mencari caranya sendiri untuk menghilangkan sampah tersebut. Umumnya, kedua sampah tersebut dibakar, atau dibuang di sungai. Padahal bila dibakar, kandungan zat-zat kimianya bisa mendatangkan penyakit jika terhirup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar